Suasana alam yang hijau dari pantulan dedaunan bukit Giri, menghapus
stereotip masyarakat akan kota Gresik sebagai area panas dan berpolutan.
Hal ini terbukti saat barisan pepohonan berikut taman-taman kota,
selalu siap menyejukkan mata pengunjungnya. Gresik yang kaya akan hasil
industrinya dan kulinernya, menjadi pilihan tepat lokasi wisata
keluarga.
Suasana sejuk, tenang, nyaman langsung terasa begitu sampai di tempat
wisata Giri Wana Tirta. Dekat dari jalan raya memasuki desa Ngipik
melewati ruas jalan menurun menuju ke danau, kita bisa memandang
hamparan air hijau membiru yang luas. Kepenatan perjalanan darat lebih
dari satu jam dari Kota Surabaya pun langsung sirna.
Di warung-warung sederhana pinggir jalan, banyak dijumpai pelancong
lokal menghabiskan waktu berjam-jam memandangi wisata buatan itu, sambil
menyeruput kopi dengan nikmat. Angin bertiup sepoi-sepoi menambah
segarnya suasana. Menghirup udara perbukitan kota Gresik membuat
sendi-sendi dan tubuh menjadi lebih bugar dan pikiran damai.
Tak dikenal
Giri wana Tirta yang lebih popular dengan nama Telaga Ngipik merupakan
salah satu tempat wisata yang dikelola apik oleh PT Swabina Gatra, salah
satu Grup dari PT Petrokimia Gresik sejak tahun 2002 silam. Nama giri
wana Tirta diadopsi dari karakteristik lokasi telaga Ngipik. Diantaranya
Giri berarti Kebesaaran dari Sunan Giri yang makamnya bertempat di kota
Gresik. Wana berarti hutan dan pepohonan yang mengelilingi tempat
wisata ini, dan Tirta yang berarti air, sengaja dipakai karena
menyuguhkan telaga Ngipik yang mempunyai unsur air.
Swijiharyoyok
(35) Kepala pengelolah Giri wana Tirta, menjelaskan tempat wisata ini
tercipta karena berawal dari asal mula lahirnya telaga Ngipik. Telaga
Ngipik sendiri ini terbentuk dari penambnagan tanah lapang oleh PT
Petrokimia Gresik, untuk digali dan diambil sebagian tanahnya, dijadikan
bahan baku Semen. Karena seringnya dilakukan eksploitasi tanah,
terbentuklah lubang seluas 20 hektar dalam waktu singkat.
Demi menghindari kerugian pada alam, PT Petrokimia Semen Gresik
sengaja bekerja sama dengan organisasi Bina Lingkungan. Dalam
kegiatannya, perusahaan penghasil Semen itu, berinisiatif membuat
lingkungan di sekitar pabriknya agar terhindar dari polusi akibat limbah
industri. Lalu difungsikanlah lahan berlubang itu menjadi telaga
Ngipik. Karena tempatnya masih berada dalam wilayah desa Ngipik,
sehingga masyarakat pun menyebutnya telaga Ngipik, Gresik.
Seiring bergulirnya waktu, PT Swabina Gatra, pabrik penghasil minuman
gelas bermerk Swa itu mendapatkan mandat dari PT Petrokimia Semen
Gresik untuk mengelolah Telaga Ngipik agar dijadikan tempat wisata
wilayah Jawa Timur. Mendapat dukungan dari Pemda, PT Swabina Gatra
sengaja mengelolah tanah dan pepohonan yang mengitari telaga Ngipik
untuk dijadikan taman dan tempat bermain bagi masyarakat umum.
Pemerintah Kabupaten Gresik pun menjadikan Wisata Telaga Ngipik
maupun Giri Wana Tirta sebagai sumber pemasukan daerah sector
pariwisata. Namun, seiring berjalannya waktu, tempat wisata yang berada
di tengah-tengah kawasan industri PT petrokimia Gresik, terabaikan
pengelolaannya.
Di depan gapura saat memasuki tempat wisata ini, tak satupun terlihat
papan nama yang bertuliskan tempat Wisata Telaga Ngipik, Giri Wana
Tirta. Hal itu secara langsung berdampak pada minimnya pengenalan tempat
wisata ini kepada masyarakat. Pihak pengelola menjrlaskan tidak
dipasangnya nama tempat wisata, karena alasan belum mengurus pembiayaan
pajak area.
Karena hal ini, masih banyak masyarakat Gresik yang belum mengetahui
keberadaan Telaga Ngipik. Selain karena masih banyak yang lebih suka
memilih wisata religi, lemahnya promosi wisata Telaga Ngipik yang
dilakukan pihak Pemkab merupakan salah satu faktor “terlupakannya”
tempat wisata ini.
Padahal, Hampir setiap hari Sabtu dan Minggu cukup banyak masyarakat
Gresik yang menyempatkan berekreasi di tempat tersebut. Seperti yang
terlihat pada hari Minggu (23/3) lalu, puluhan pengunjung tampak
menikmati suasana telaga, dengan dikelilingi pepohonan yang hijau dan
rindang. Ditempat ini pula kejuaraan Ski Air baik tingkat regional
maupun nasional sering diselenggarakan, seperti pada Pekan Olahraga
Nasioanl (PON) XX beberapa waktu lalu.
Wisata keluarga
Walaupun tidak setenar tempat ziarah makam Sunan Giri, wisata Telaga
Ngipik juga masih digandrungi oleh masyarakat, baik muda-mudi,
anak-anak, maupun keluarga besar.
Bagi yang sudah berkeluarga, keceriaan anak-anak merupakan tujuan
berwisata. Seperti yang diungkapkan Anshori, warga Desa Sidorukun,
Gresik, “Apalagi di sini sudah tersedia arena permainan anak-anak. Jadi,
selain saya dapat istirahat di pinggir telaga, anak-anak bisa bermain
sendiri di tempat permainan”, ujar Anshori.
Selain permainan anak, di kawasan wisata ini juga disiapkan dua
perahu motor yang setiap saat dapat digunakan untuk mengelilingi telaga.
Ada 20 tempat duduk dalam kapal motor sepanjang 12 meter itu. Dengan
hanya membayar Rp 2.500 setiap penumpangnya dapat menikmati keindahan
telaga dengan perahu motor. Tak hanya itu, disediakan pula 10 sepeda air
yang bisa digunakan sewaktu-waktu di areal yang sudah ditentukan oleh
pengelola. Biayanya juga murah, hanya Rp 5.000 per sepeda air selama 1
jam.
Kalau sekadar ingin menikmati panorama telaga, dermaga milik kelompok
olahraga ski air juga bisa dikunjungi. Dari dermaga ini, pengunjung
dapat melihat air telaga yang sejuk terutama pada pagi hari ataupun sore
hari.
Keberadaan telaga tidak hanya dinikmati wisatawan yang datang dengan
keluarganya. Puluhan pemancing juga berdatangan ke Telaga Ngipik untuk
menyalurkan hobinya. Bahkan, para pemancing ini biasanya datang lebih
awal dibanding pengunjung wisata lainnya.
Meski hasil pancingan yang diperoleh tidak sebanyak dan sebesar
dengan ikan yang dipancing di kolam pemancingan pada umumnya, para
pemancing tetap merasa puas dengan memancing di Telaga Ngipik tersebut. ”
Jumlah ikan yang bisa saya peroleh dari tempat ini bukan menjadi soal.
Tapi, suasana telaga inilah yang bisa memberikan kenikmatan tersendiri.
Apalagi, kalau tempat ini lebih dikelola dengan bagus, saya yakin akan
lebih banyak orang yang datang ke tempat ini,” ujar Darmanto, salah
seorang pemancing.
Jual Kembang
Bosan dengan hiruk pikuk pekerjaan yang tak kunjung selesai, jenuh
menghabiskan libur panjang keliling mall dan menjelajah kota. Kenapa tak
mencoba berpaling ke suasana tenang perbukitan yang tak jauh-jauh dari
perkotaan. Memandangi hijaunya barisan pohon-pohon, tentunya membuat
pikiran kita terasa tenang dan nyaman. Kebisingan yang sirna, dan yang
ada hanyalah pohon-pohon menjulang tinggi, seakan-akan melindungi kita
dari sengatan sinar matahari dan beserta polusi.
Bagi anda yang sudah tahu dengan telaga Ngipik, Gresik. Pasti anda
juga sudah pernah mengunjungi dan menikmati adem-nya tempat wisata
tersebut. Namun bukan telaga Ngipik yang akan kita jelajahi. Jauh
sebelum kita memasuki areal telaga Ngipik, pandangan kita bakan
didominasi agung dan indahnya stand-stand yang menjual berbagai macam
jenis bunga. Yah, bunga, jajaran stand kembang yang menjadikan maskot
telaga Ngipik yang akan mewarnai halaman kepariwisataan telaga Ngipik,
Gresik.
Sebanyak enam stand yang tergabung dalam Perhimpunan Pecinta Adenium
Indonesia (PPADI ) wilayah Kabupaten Gresik, menawarkan berbagai jenis
macam bunga. Mulai dari bunga bonsai penghias halaman rumah sampai jenis
bunga koleksi yang harganya selangit. Antara lainnya, jenis adenium,
anthurium, gelombang cinta, dan sansivera.
penjual disini umumnya terhitung sudah lama berjualan, diperkirakan
bebarengan mulai dibukanya tempat wisata telaga Ngipik, Giri Wana Tirta.
Misalnya saja Ninzam Zuhri Khafid, penjual bunga disekitar telaga
Ngipik itu mengaku sudah empat tahun berjualan bunga.
Ia dan lima temannya sengaja membuka stand bunga di telaga Ngipik,
karena tempatnya yang potensial untuk dikunjungi masyarakat. Pendiri
Komunitas Pecinta Adenium Gresik (KOMPAG) ini, selain mengenalkan dan
menjual bunga jenis koleksi, juga mempuyai tujuan lain yaitu menjaga
keeksistensian komunitas penggemar bunga di Gresik. “kami tidak mau
makhluk bernama bunga ini, mengalami nasib tragis seperti Lou Han ang
hanya sesaat saja munculnya,”kata Ketua PPADI Jatim ini.
Kawasan stand bunga ini buka pukul tujuh pagi hingga pukul 10 malam,
jadi tidak tergantung dengan buka dan tutupnya tempat wisata telaga
Ngipik.
SansiVera
Kendati tak memiliki daun seindah varian anthurium, namun keunikan
bentuk dan daun varian Sansivera yang berfungsi ganda sebagai penyerap
racun, kini kembali naik daun, bahkan harganya kini mencapai jutaan
rupiah.
Inilah Varian sansivera yang kini tengah diburu oleh kolektor bunga
hias, Sansivera Golden farskate Varigata, kalau dulu, sansivera hanya
dikenal sebagai tanaman halaman, yang berfungsi ganda sebagai
antipolutan (penyerap racun udara). kini sansivera merupakan salah satu
jenis tanaman hias yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Menurut Ninzam pemilik Showroom Adenium Bonggol Emas ini, sansi jenis
ini merupakan salah satu jenis yang langka, karena itu harganya cukup
mahal. jenis sansi yang tumbuh subur di daerah tropis Amerika ini memang
memiliki motif dan warna daun yang cukup unik perpaduan antara hijau,
kuning dan putih.
Sebenarnya untuk perawatan dan pembiakan tanaman jenis ini cukup
mudah dan tidak terlalu membutuhkan perawatan lebih. pembiakannya biasa
dilakukan dengan cara pemisahan anakan yang tumbuh tiap tiga bulan
sekali. perawatannyapun cukup mudah hanya mebutuhkan penyiraman secara
rutin dan teratur.